Sunday, July 5, 2015
Cara HACK Wifi WPS dumper + jumpstart
Perkembang warnet dari warnet sampai rame2nya sekrg warnet cuman mengisi para pemain game online, dari pada diwarnet mending internetan dirumah, ditaman atau dikos, udah banyak wifi yang bertabaran dikos, dirmah2 sama ditaman lebih lagi promo2 kartu yang ngebonusin paket internet gila2an jadi dimana aje online terus broh.... tapi kalau pengen gratis internet ya mesti harus pandai hack jaringn biar dapet password wifi nya, yang pake leptop bisa download dummper dan JumpStart yuk download aplikasi nya
Download Dummper
http://sh.st/x6RRt
Download JumpStarthttp://sh.st/x6RJY
Download WinPcaphttp://sh.st/x6RNv
Microsoft .NET Framework jika belum adahttp://sh.st/x6Twd
dan ini turtorial nya
Saturday, July 4, 2015
Objek Wisata di Pariaman
- Pantai gandoriah
Pantai Gandoriah adalah
sebuah objek wisata pantai yang terletak sekitar 100 meter dari pusat
kota Pariaman, provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Di hari libur pantai
ini dilewati oleh kereta api wisata yang datang setiap hari dari stasiun
Simpang Haru Padang menuju stasiun Pariaman.
- Pulau Angso Duo
Pulau angso duo, sebuah pulau kecil yang terletak sekitar 1,9 mil dari Pantai Gandoriah Kota Pariaman.Untuk menuju ke
Pulau Angso Duo, Anda para wisatawan dapat menggunakan jasa perahu
nelayan ataupun speedboat, dengan waktu tempuh kurang lebih 15 menit
dari Pantai Gandoriah.
- Tabuik
Tabuik adalah perayaan lokal dalam rangka memperingati Asyura,
gugurnya Imam Husain, cucu Muhammad,
yang dilakukan oleh masyarakat Minangkabau
di daerah pantai Sumatera Barat, khususnya di Kota Pariaman.
Festival ini termasuk menampilkan kembali Pertempuran Karbala, dan memainkan drum tassa
dan dhol.
Tabuik merupakan istilah untuk usungan jenazah yang dibawa selama
prosesi upacara tersebut. Walaupun awal mulanya merupakan upacara Syi'ah,
akan tetapi penduduk terbanyak di Pariaman
dan daerah lain yang melakukan upacara serupa, kebanyakan penganut Sunni. Di Bengkulu dikenal
pula dengan nama Tabot.
Upacara
melabuhkan tabuik ke laut dilakukan setiap tahun di Pariaman
pada 10 Muharram
sejak 1831.
Upacara ini diperkenalkan di daerah ini oleh Pasukan Tamil Muslim Syi'ah
dari India, yang ditempatkan di sini dan kemudian bermukim pada masa kekuasaan Inggris
di Sumatera bagian barat
diupdate nya nanti ya...........
Bangga Jadi Orang Pariaman
Kabupaten Padang Padang Pariaman atau Kota pariaman memiliki banyak hal yang belum diketahui jelas oleh masyarakat sumatra barat sendiri. kenapa ? ada pemikiran yang rancu dipikirkan oleh orang luar pariaman contoh tentang uang japuik (jemput), harus memanggil nama panggilan buat orang sumando dan lain.
- Uang Japuik
Bajapuik (japuik; Jemput) adalah tradisi perkawinan yang menjadi ciri khas di
daerah pariaman. Bajapuik dipandang
sebagai kewajiban pihak keluarga perempuan memberi sejumlah uang atau benda
kepada pihak laki-laki (calon suami) sebelum akad nikah dilangsungkan. (Azwar, 2001:52) masih belum jelas ?. dari pertama si perempuan lahir pikah dari orang tua dipariaman pasti ada ancang nanti nya menyiapkan uang japuik untuk pernikahan nya nanti, berapa besar uang japuik tergatung niniak mamak yang akan memutuskan berapa banyak uang yang dikeluarkan oleh si perempuan. sebagai laki-laki mempunyai tanggung jawab besar bagi masyarakat dan keluarga, didalam keluarga sendiri harus pandai menjaga istri dan anak-anak dijalan Allah SWT. agar selamat dunia dan akhirat. menurut cerita tradisi bajapuik. Tradisi ini bersumber dari
kisah pernikahan Rasululloh SAW. Rasululloh dulunya merupakan pemuda miskin
yang bekerja dengan pedagang besar, yaitu Siti Khadijah. Karena Muhammad
memiliki sifat mulia, dan mendapat gelar al-amin
atau orang terpercaya, Siti Khadijah pun menaruh hati padanya. Akhirnya Siti
Khadijah meminta temannya untuk menanyakan pada Muhammad apakah bersedia
menjadi suami Khadijah, namun Muhammad merasa kurang enak, karena ia hanya
pemuda miskin yang tak punya apa-apa, mana mungkin dapat menikahi Siti Khadijah
yang kaya raya. Namun Siti Khadijah berniat menghormati Muhammad, ia pun
memberikan sejumlah hartanya pada muhammad agar Muhammad dapat mengangkat
derajatnya dari seorang pemuda miskin menjadi pemuda yang setara dengan Siti
Khadijah. Akhirnya Siti Khadijah dan
Muhammad pun menikah. Siti Khadijah pun setelah menikah sangat menghormati
suaminya dengan memanggil gelarnya, junjungannya.
Orang asli Pariaman, merupakan
penduduk pesisir yang bermata pencaharian nelayan, mereka hidup dari hasil
melaut di pantai pariaman. Kemudian datang lah urang rantau dari daerah bukit-tinggi Padang Panjang. Mereka
merantau dan mulai bertempat tinggal dan berocok tanam sebagai petani di
Pariaman. Kemudian, urang darek ini
ingin mengawinkan putri-putri mereka dengan orang Pariaman, namun, orang
pariaman dulu merupakan orang miskin, sehingga untuk mengangkat derajat calon
suami mereka tersebut, keluarga wanita pun menjemput dan memberikan sejumlah
harta unuk calon suaminya dengan tujuan mengangkat derajat calon suaminya tersebut. Uang japuik itu sakarang adalah tradisi yang tidak mungkin dirubah, tradisi itu harus dijaga sampai anak cucu kita nanti.
- Urang Sumando itu Punya Panggilan atau nama
Pria yang sudah menikah di pariaman dipanggil dengan gelar , misal sidi, bagindo atau sutan. Setelah menikah, suami tinggal di rumah istrinya, di rumah
tersebut, suami mereka dipanggil dengan hormat sesuai dengan gelarnya, tidak
boleh dipanggil dengan nama aslinya.
- Pariaman Punya Tempat Wisata
Pariaman makin hari makin berkembang apa lagi media sosial sangat membantu mempromosikan tempat wisata di daerah pariaman. begitu banya tempat wisata baru atau dikelola lebih baik dari sebelumnya. contoh nya pantai gandoriah,pantai kata,pulau angso duo dan lain-lain.
- Wanita Pariaman Pandai Memasak
- Tradisi Makana Juadah
Sajian dari anak daro (penganten wanita kepada pihak pria ) berupa makanan juadah. Juadah
ini menggunakan talam yang bertingkat-tingkat. Yang paling atas diisi
kue bolu, lalu berturut-turut di talam bawahnya ada bubik, pinyaram,
juadah tukua, jala bio, kue sangko, kipang, nasi manis, dan kanji.
Selain kue bolu, bahan pembuat penganan dalam antaran ini adalah olahan
dari beras dan beras ketan.
Misalnya, kanji, yang mirip dengan gelamai. Makanan ini terbuat dari tepung beras ketan yang dicampur dengan larutan gula merah yang dicampur santan. Adonan ini dimasak lama dalam kuali besar hingga kental dan berminyak. Lalu dituangkan ke papan cetakan.
Jenis makanan lain yang terbuat dari tepung ketan adalah pinyaram, jala bio, dan bubik. Pinyaram ini seperti kue cucur. Bahannya dari tepung beras yang dicampur dengan cairan gula merah, lalu digoreng dalam kuali yang langsung menjadi cetakannya. Mirip kue cucur, tapi dalam bentuk yang lebih besar.
Sedangkan jala bio dan bubik terbuat dari tepung beras ketan dan santan, dan dicetak dengan seng berbentuk jeruji, lalu digoreng. Rasanya gurih dan seperti kerupuk. Bentuknya juga unik, seperti jeruji, atau banyak dikenal sebagai kue kembang goyang. Sedangkan bubik mirip dengan adonan jala bio yang diberi inti dengan sekeping gula merah dan kelapa, lalu digoreng.
Makanan yang terbuat dari beras ketan antara lain nasi manis atau nasi haru, kipang, dan kue sangko. Nasi manis mirip wajik dengan warna cokelat.Terbuat dari beras ketan yang dikukus, diberi gula merah, lalu dicampur dengan santan dan garam secukupnya. Prosesnya, santan dan gula merah dimasak di kuali hingga berminyak, lalu dimasukkan beras ketan yang sudah dikukus, lalu diaduk di kuali hingga kering. Kemudian dipadatkan di cetakan kayu, lalu dipotong-potong.
Misalnya, kanji, yang mirip dengan gelamai. Makanan ini terbuat dari tepung beras ketan yang dicampur dengan larutan gula merah yang dicampur santan. Adonan ini dimasak lama dalam kuali besar hingga kental dan berminyak. Lalu dituangkan ke papan cetakan.
Jenis makanan lain yang terbuat dari tepung ketan adalah pinyaram, jala bio, dan bubik. Pinyaram ini seperti kue cucur. Bahannya dari tepung beras yang dicampur dengan cairan gula merah, lalu digoreng dalam kuali yang langsung menjadi cetakannya. Mirip kue cucur, tapi dalam bentuk yang lebih besar.
Sedangkan jala bio dan bubik terbuat dari tepung beras ketan dan santan, dan dicetak dengan seng berbentuk jeruji, lalu digoreng. Rasanya gurih dan seperti kerupuk. Bentuknya juga unik, seperti jeruji, atau banyak dikenal sebagai kue kembang goyang. Sedangkan bubik mirip dengan adonan jala bio yang diberi inti dengan sekeping gula merah dan kelapa, lalu digoreng.
Makanan yang terbuat dari beras ketan antara lain nasi manis atau nasi haru, kipang, dan kue sangko. Nasi manis mirip wajik dengan warna cokelat.Terbuat dari beras ketan yang dikukus, diberi gula merah, lalu dicampur dengan santan dan garam secukupnya. Prosesnya, santan dan gula merah dimasak di kuali hingga berminyak, lalu dimasukkan beras ketan yang sudah dikukus, lalu diaduk di kuali hingga kering. Kemudian dipadatkan di cetakan kayu, lalu dipotong-potong.
Yuk NgeBlog.. Belajar Blog untuk Pemula
Dalam artikel kali ini kita membahas tentang blog untuk pemula. kita cerita aja ya, kali ini gue mulai serius memelihara blog ini, kenapa ? gue sebenarnya udah tertarik dari tahun 2010 tpi permasalahan terlalu malas buat ngetik, edit templet blog dari awal, ngisinya. emng sch klu pengen sukses butuh usaha dan kerja keras. sebenarnya ada beberapa hal yang harus diingat oleh blog pemula ?
- Isi Dulu Blog kamu
kenapa harus isi blog dulu, klu pengen ada byk viewer lu harus ngisi blog lu ama informasi penting dan bermanfaat. ga cuman iklan aja yg dibanyakin tpi isi perlu bermanfaat juga dong bro.
- Jangan Terlalu berangan2 byk duit dari blog
semua blogger emg tujuan utama berbagi informasi untuk semua pengguna internet, tujuan kita yang lain juga butuh mendapat hasil dari blog yang kita buat kan bro. tpi jangn dipikirn dlu masukannya tpi pikirin dulu apa yang harus kamu isi di blog dan peting ga blog kamu diliat orang.
- Buka Pikiran Lo
Lo tu harus pinter nulis, buka pikiran lo se luas-luasnya jangan cuman ngopi blog atau website lain, usahain postingan lo dari pemikiran lo sendiri. bagi mahasiswa ini dapat sebagai tempat memasukkan tugas, contoh ujian, dan materi2 kuliah nya, kan byk tu... mungkin bisa post tiap hari tuch bro.
- Sering-Sering Online
kalau lo pengen byk viewer, ya byk2 lah posting blog lo. isi postingan yang berguna, jangan lah asal2. okeh....
Tabuik di Pariaman
Tinjauan
Kota
Pariaman berada di Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat, tepatnya
di pesisir pantai Laut Hindia, sebelah utara kota Padang. Pariaman
adalah sebuah nama yang berarti “daerah yang aman”, memiliki
luas wilayah 73,36 kilometer persegi. Di daerah ini ada suatu pesta adat
yang disebut dengan tabuik, menyuguhkan atraksi budaya bernuansa Islami
yang telah melegenda.
Festival Tabuik adalah perayaan memperingati Hari Asyura (10 Muharam) yaitu mengenang kisah kepahlawanan dan kematian cucu Nabi Muhammad Saw yaitu Saidina Hassan bin Ali yang wafat diracun serta Saidina Husein bin Ali yang gugur dalam peperangan dengan pasukan Ubaidillah bin Zaid di padang Karbala, Iraq tanggal 10 Muharam 61 Hijrah (681 Masehi). Dalam pertempuran yang tidak seimbang itu, tubuh Imam Husain yang sudah wafat dirusak dengan tidak wajar. Kepala Imam Husein dipenggal oleh tentara Muawiyah. Kematian Imam Husein diratapi oleh kaum Muslim terutama Muslim Syiah di Timur Tengah dengan cara menyakiti tubuh mereka sendiri. Tradisi mengenang kematian cucu Rasulullah tersebut menyebar ke sejumlah negara dengan cara yang berbeda-beda. Di Indonesia, selain di Pariaman, ritual mengenang peristiwa tersebut juga diadakan di Bengkulu. Dalam perayaan memperingati wafatnya Husein bin Ali, tabuik melambangkan janji Muawiyah untuk menyerahkan tongkat kekhalifahan kepada umat Islam setelah Imam Husain meninggal. Namun, janji itu ternyata dilanggar dan malah mengangkat Jazid yaitu anaknya sebagai putera mahkota.
Festival Tabuik adalah perayaan memperingati Hari Asyura (10 Muharam) yaitu mengenang kisah kepahlawanan dan kematian cucu Nabi Muhammad Saw yaitu Saidina Hassan bin Ali yang wafat diracun serta Saidina Husein bin Ali yang gugur dalam peperangan dengan pasukan Ubaidillah bin Zaid di padang Karbala, Iraq tanggal 10 Muharam 61 Hijrah (681 Masehi). Dalam pertempuran yang tidak seimbang itu, tubuh Imam Husain yang sudah wafat dirusak dengan tidak wajar. Kepala Imam Husein dipenggal oleh tentara Muawiyah. Kematian Imam Husein diratapi oleh kaum Muslim terutama Muslim Syiah di Timur Tengah dengan cara menyakiti tubuh mereka sendiri. Tradisi mengenang kematian cucu Rasulullah tersebut menyebar ke sejumlah negara dengan cara yang berbeda-beda. Di Indonesia, selain di Pariaman, ritual mengenang peristiwa tersebut juga diadakan di Bengkulu. Dalam perayaan memperingati wafatnya Husein bin Ali, tabuik melambangkan janji Muawiyah untuk menyerahkan tongkat kekhalifahan kepada umat Islam setelah Imam Husain meninggal. Namun, janji itu ternyata dilanggar dan malah mengangkat Jazid yaitu anaknya sebagai putera mahkota.
Sebagian Muslim percaya jenazah Husain diusung ke langit menggunakan Bouraq dengan peti jenazah yang disebut Tabot. Kendaraan Bouraq yang disimbolkan dengan wujud kuda gemuk berkepala wanita cantik menjadi bagian utama bangunan Tabuik. Awalnya Tabuik sebagai simbol ritual bagi pengikut Syi’ah untuk mengumpulkan potongan-potongan tubuh Imam Husein dan selama ritual itu para peserta berteriak “Hayya Husein, hayya Husein” atau yang berarti “Hidup Husein, hidup Husein”. Akan tetapi, di Pariaman teriakan tersebut telah berganti dimana para pengusung dan peserta Tabuik akan berteriak “Hoyak Hussein, hoyak Hussein” sambil menggoyang-goyangkan menara Tabuik yang berbentuk menara dan bersayap serta sebuah kepala manusia.
Festival Tabuik masuk kalender acara wisata Sumatra Barat dan kalender acara wisata nasional. Puluhan ribu orang dari pelosok Sumatra Barat dan perantau datang ke Pariaman hanya ingin melihat Festival Tabuik selama 14 hari. Upacara tabuik dapat dihadiri hingga sekitar 6.000 orang per hari dan 90.000 orang saat puncak acara.
Acara Tabuik di Pariaman dan Ta’ziyeh di Iran memiliki kesamaan ritual yaitu untuk memperingati kematian Imam Hussein. Dalam perayaan ini masyarakat menyaksikan dua buah tabuik atau keranda setinggi 13 hingga 15 meter yang masing-masing diangkat oleh 20 lelaki. Mereka menggoyang-goyang, memutar-mutar, dan mengarak tabuik dari pusat kota menuju pantai. Lalu, pemain gendang tasa menepuk irama, mengiringi setiap liukan tabuik, dentamnya membangkitkan semangat. Di antara irama gendang terselip teriakan keras “Hoyak Hussein”.
Kata tabuik yang berasal dari bahasa Arab dapat mempunyai beberapa pengertian. Pertama, tabuik diartikan sebagai ‘keranda’ atau ‘peti mati’. Pengertian yang lain mengatakan bahwa tabuik artinya adalah peti pusaka peninggalan Nabi Musa yang digunakan untuk menyimpan naskah perjanjian Bani Israel dengan Allah. Tabut pada mulanya sebuah peti kayu yang dilapisi dengan emas sebagai tempat penyimpanan manuskrip Taurat yang ditulis di atas lempengan batu. Akan tetapi, Tabuik kali ini tidak lagi sebuah kotak peti kayu yang dilapisi oleh emas. Namun, yang diarak oleh warga Pariaman adalah sebuah replika menara tinggi yang terbuat dari bambu, kayu, rotan, dan berbagai macam hiasan. Puncak menara adalah sebuah hiasan yang berbentuk payung besar, dan bukan hanya di puncak, di beberapa sisi menara hiasan berbentuk payung-payung kecil juga terpasang berjuntai. Tidak seperti menara lazimnya, bagian sisi-sisi bawah Tabuik terkembang dua buah sayap. Di antara sisi-sisi sayap itu, terpasang pula ornamen ekor dan sebuah kepala manusia sepertinya wajah wanita lengkap dengan kerudung. Bambu-bambu besar menjadi pondasi sekaligus tempat pegangan untuk mengusung Tabuik yang terlihat kokoh dan sangat berat. Butuh banyak pria untuk mengangkatnya dan butuh banyak kucuran keringat untuk mengoyaknya.
Tradisi Tabuik telah terpelihara sejak 1829 oleh warga Pariaman. Perayaan Tabuik diselenggarakan setiap 1 hingga 10 Muharam. Ada beberapa versi mengenai asal-usul perayaan tabuik di Pariaman. Versi pertama mengatakan bahwa tabuik dibawa oleh orang-orang Arab (Muslim Syiah) yang datang ke Pulau Sumatera untuk berdagang. Sedangkan, versi lain berdasarkan catatan Snouck Hurgronje mengatakan bahwa tradisi Tabuik masuk ke Indonesia melalui dua gelombang. Gelombang pertama sekitar abad 14 M, tatkala Hikayat Muhammad diterjemahkan ke dalam Bahasa Melayu. Melalui buku itulah ritual tabuik dipelajari Anak Nagari. Sedangkan, gelombang kedua tabuik dibawa oleh tentara Cipei/Sepoy dari India penganut Islam Syiah yang dipimpin oleh Imam Kadar Ali. Pasukan itu berasal dari India yang oleh Inggris dijadikan serdadu ketika menguasai Bengkulu dari tangan Belanda sesuai Traktat London, 1824.
Dalam sejarah Pariaman, Tabuik pertama kali diperkenalkan serdadu Tamil yang menjadi bagian pasukan Inggris pimpinan Thomas Stamfort Raffles. Saat itu Inggris menguasai Bengkulu tahun 1826. Pasukan Tamil yang kebayakan Muslim setiap tahun menggelar pesta Tabuik dimana di Bengkulu bernama "Tabot". Kegiatan ini kemudian diikuti pula oleh masyarakat yang ada di Bengkulu dan meluas hingga ke Panian, Padang, Pariaman, Maninjau, Pidi, Banda Aceh, Meulauboh dan Singkil. Dalam perkembangan berikutnya, ritual itu satu-persatu hilang dari daerah-daerah tersebut dan akhirnya hanya tinggal di dua tempat yaitu Bengkulu dengan sebutan Tabot dan Pariaman dengan sebutan Tabuik. Setelah perjanjian London 17 Maret 1829, Inggris harus meninggalkan Bengkulu dan menerima daerah jajahan Belanda di Singapura. Sebaliknya Belanda berhak atas daerah-daerah jajahan Inggris di Indonesia termasuk Bengkulu dan wilayah Sumatera lainnya. Serdadu Inggris harus meninggalkan Bengkulu, namun pasukan Tamil yang mayoritas Muslim memilih bertahan dan melarikan diri ke Pariaman, Sumatera Barat yang saat itu terkenal sebagai daerah pelabuhan yang ramai di pesisir barat pulau Sumatera. Karena pasukan Tamil mayoritas Muslim, mereka diterima masyarakat Pariaman yang memeluk Islam. Terjadilah pembauran sosial-budaya. Salah satu pembauran budaya ditunjukkan oleh Pesta Tabuik. Bahkan Tabuik akhirnya menjadi tradisi yang tidak terpisahkan dari kehidupan warga Pariaman. Di Pariaman, kemudian tabuik diselenggarakan oleh Anak Nagari dalam bentuk Tabuik Adat. Namun, seiring dengan banyaknya wisatawan yang datang untuk menyaksikannya, tahun 1974 pengelolaan tabuik diambil alih oleh pemerintah daerah setempat dan dijadikan Tabuik Wisata.
Pembuatan Tabuik
Tabuik dibuat oleh dua kelompok
masyarakat Pariaman, yakni kelompok Pasar dan kelompok Subarang. Kedua
tempat tersebut dipisahkan oleh aliran sungai yang membelah Kota
Pariaman. Kelompok Tabuik Pasar terdiri dari gabungan 12 desa yang ada
di kota Pariaman, sementara kelompok Tabuik Subarang terdari dari
gabungan 14 desa lainnya. Dahulu, selama berlangsungnya pesta tabuik
selalu diikuti dengan perkelahian antara warga dari daerah Pasar dan
Subarang. Bahkan, ada beberapa pasangan suami-isteri yang berpisah dan
masing-masing kembali ke daerah asalnya di Subarang dan Pasar. Setelah
upacara tabuik berakhir, suami-istri tersebut kembali berkumpul dalam
satu rumah. Walaupun korban terluka parah dalam perkelahian, namun
ketika acara berakhir mereka bersatu kembali, sehingga suasana kembali
tenang dan damai seperti semula.
Tabuik dibuat secara bersama-sama dan melibatkan ahli budaya dan sejarah, serta tokoh masyarakat. Masyarakat berkelompok dan saling bahu-membahu untuk membuat Tabuik dan mengaraknya. Pembuatan tabuik ini memakan biaya puluhan juta rupiah.
Tabuik dibuat oleh kedua tempat ini terdiri dari dua bagian yaitu bagian atas dan bawah yang tingginya dapat mencapai 15 meter. Bagian atas mewakili keranda berbentuk menara yang dihiasi dengan bunga dan kain beludru berwarna-warni. Sedangkan, bagian bawah berbentuk tubuh kuda, bersayap, berekor dan berkepala manusia berambut panjang. Kuda itu dibuat dari rotan dan bambu dengan dilapisi kain beludru halus warna hitam dan pada empat kakinya terdapat gambar kalajengking menghadap ke atas. Kuda tersebut adalah simbol Bouraq, kendaraan yang memiliki kemampuan terbang secepat kilat dan digunakan saat Isra' Miraj Nabi Muhammad Saw. Buraq dipercaya membawa Imam Hussein ke langit.
Bagian tengah Tabuik berbentuk gapura petak yang ukurannya makin ke atas makin besar. Pada gapura itu ditempelkan motif ukiran khas Minangkabau. Di bagian bawah dan atas gapura ditancapkan bungo salapan atau delapan bunga berbentuk payung dengan dasar kertas warna bermotif ukiran atau batik. Puncak Tabuik dihiasi payung besar yang dibalut kain beludru dan kertas hias yang juga bermotif ukiran. Di atas payung ditancapkan patung burung merpati putih. Kaki Tabuik terdiri dari empat kayu balok bersilang dengan panjang sekitar 20 meter. Balok-balok itu digunakan untuk menggotong dan menghoyak Tabuik yang dilakukan sekitar 100 orang dewasa.
Upacara Tabuik
Tabuik dibuat secara bersama-sama dan melibatkan ahli budaya dan sejarah, serta tokoh masyarakat. Masyarakat berkelompok dan saling bahu-membahu untuk membuat Tabuik dan mengaraknya. Pembuatan tabuik ini memakan biaya puluhan juta rupiah.
Tabuik dibuat oleh kedua tempat ini terdiri dari dua bagian yaitu bagian atas dan bawah yang tingginya dapat mencapai 15 meter. Bagian atas mewakili keranda berbentuk menara yang dihiasi dengan bunga dan kain beludru berwarna-warni. Sedangkan, bagian bawah berbentuk tubuh kuda, bersayap, berekor dan berkepala manusia berambut panjang. Kuda itu dibuat dari rotan dan bambu dengan dilapisi kain beludru halus warna hitam dan pada empat kakinya terdapat gambar kalajengking menghadap ke atas. Kuda tersebut adalah simbol Bouraq, kendaraan yang memiliki kemampuan terbang secepat kilat dan digunakan saat Isra' Miraj Nabi Muhammad Saw. Buraq dipercaya membawa Imam Hussein ke langit.
Bagian tengah Tabuik berbentuk gapura petak yang ukurannya makin ke atas makin besar. Pada gapura itu ditempelkan motif ukiran khas Minangkabau. Di bagian bawah dan atas gapura ditancapkan bungo salapan atau delapan bunga berbentuk payung dengan dasar kertas warna bermotif ukiran atau batik. Puncak Tabuik dihiasi payung besar yang dibalut kain beludru dan kertas hias yang juga bermotif ukiran. Di atas payung ditancapkan patung burung merpati putih. Kaki Tabuik terdiri dari empat kayu balok bersilang dengan panjang sekitar 20 meter. Balok-balok itu digunakan untuk menggotong dan menghoyak Tabuik yang dilakukan sekitar 100 orang dewasa.
Upacara Tabuik
Pesta Tabuik ini, dulu dikenal sebagai
ritual tolak bala, yang diselenggarakan setiap tanggal 1-10 Muharram.
Tabuik dilukiskan sebagai "Bouraq", binatang berbentuk kuda bersayap,
berbadan tegap, berkepala manusia seperti wanita cantik, yang dipercaya
telah membawa arwah Hasan dan Husein ke surga. Dengan dua peti jenazah
yang berumbul-umbul seperti payung mahkota, tabuik tersebut memiliki
tinggi antara 10-15 meter. Puncak Pesta Tabuik adalah bertemunya Tabuik
Pasa dan Tabuik Subarang. Kedua tabuik itu dihoyak dengan ditingkahi
alat musik tambur dan gendang tasa. Petang hari kedua tabuik ini
digotong menuju Pantai Gondoriah, dan menjelang matahari terbenam, kedua
tabuik dibuang ke laut. Dikisahkan, setelah tabuik dibuang ke laut,
saat itulah kendaraan bouraq membawa segala arak-arakan terbang ke
surga.
Dalam acara pesta adat Tabuik yang lamanya sekitar 10 hari (1-10 Muharam), ada beberapa tahap yang harus dilalui, yaitu berikut ini.
1) pembuatan tabuik;
2) tabuik naik pangkat yaitu menyatukan tiap-tiap bagian tabuik;
3) maambiak tanah yaitu mengambil tanah yang dilakukan pada saat adzan Magrib. Pengambilan tanah tersebut mengandung makna simbolik bahwa manusia berasal dari tanah. Setelah diambil, tanah tadi diarak oleh ratusan orang dan akhirnya disimpan dalam daraga yang berukuran 3x3 meter, kemudian dibalut dengan kain putih, lalu diletakkan dalam peti bernama tabuik;
4) maambiak batang pisang yaitu mengambil batang pisang dan ditanamkan dekat pusara;
5) maarak panja atau jari yaitu mengarak panja yang berisi jari-jari palsu keliling kampung. Maarak panja merupakan pencerminan pemberitahuan kepada pengikut Husein bahwa jari-jari tangan Husein yang mati terbunuh telah ditemukan;
6) maarak sorban yaitu membawa sorban berkeliling dn menandakan bahwa Husein telah dipenggal; serta
7) membuang tabuik yaitu membawa tabuik ke pantai dan dibuang ke laut.
Selama sepuluh hari (1-10 Muharam), digelar pula berbagai penampilan seni budaya anak Nagari Pariaman, yakni Rabab Pariaman, Gandang Tassa, Randai, Lomba Baju Kuruang, Puisi dan Tari Minang. Selain itu digelar bazar dan pameran aneka produk usaha kecil dan menengah serta komoditi ekspor dari Pariaman. Ratusan ribu pengunjung berdatangan selama pesta "Tabuik", baik wisatawan Nusantara maupun mancanegara.
Pembukaan Pesta Tabuik ditandai Pawai Taaruf oleh ribuan pelajar dan masyarakat yang mengintari kota. Setelah Pawai Taaruf, pesta pun dimulai. Selama pesta yang lamanya 10 hari ada pertunjukan-pertunjukan lain, seperti Pawai tasawuf, pengajian yang melibatkan ibu-ibu dan murid-murid Tempat Pengajian Al Quran (TPA) dan madrasah se-Pariaman, grup drum band, tari-tarian, musik gambus, dan bahkan atraksi debus khas Pariaman. Menyertai acara pembukaan pada hari pertama juga digelar Festival Anak Nagari (permainan tradisional Pariaman), festival Tabuik Lenong dan diakhir pawai Muharam mengelilingi Kota Pariaman. Malam harinya digelar hiburan musik gambus di Lapangan Merdeka yang dihadiri ribuan penonton. Hari kedua, pembuatan Tabuik dimulai dengan pembuatan kerangka dasar Tabuik dari bahan kayu, bambu, dan rotan. Malam harinya, digelar kesenian tradisional "Randai". Hari ketiga pengerjaan kerangka dasar Tabuik dilanjutkan, sedangkan di lapangan digelar kesenian organ tunggal menampilkan penyanyi-penyanyi lokal. Tanggal 4 Muharram selain melanjutkan pembuatan kerangka dasar Tabuik juga mulai dipersiapkan pembuatan kerangka Bouraq dan malam harinya warga Pariaman dihibur dengan film layar tancap di lapangan Merdeka.
Tabuik merupakan keranda bertingkat tiga yang terbuat dari kayu, rotan dan bambu dengan tinggi mencapai 15 meter dan berat sekitar 500 kilogram. Bagian bawah dan atas Tabuik nantinya akan disatukan dengan cara bagian atas diusung secara beramai-ramai untuk disatukan dengan bagian bawah. Setelah itu, berturut-turut dipasang sayap, ekor, bunga-bunga salapan dan terakhir kepala. Untuk menambah semangat para pengusung Tabuik akan diiringi dengan musik gendang tasa. Gendang tasa adalah sebutan bagi kelompok pemain gendang yang berjumlah tujuh orang. Mereka bertugas mengiringi acara penyatuan tabuik (tabuik naik pangkat). Gendang ini ada dua jenis. Jenis pertama disebut tasa didiang. Jenis ini dibuat dari tanah liat yang diolah sedemikian rupa, kemudian dikeringkan. Tasa didiang ini harus dipanaskan sebelum dimainkan. Jenis gendang kedua adalah yang terbuat dari plastik atau fiber dan dapat langsung dimainkan. Setelah penyatuan tabuik selesai, kedua tabuik yang merupakan personifikasi dari dua pasukan yang akan berperang dipajang berhadap-hadapan.
Menjelang sore penyatuan tabuik (tabuik naik pangkat), dikerumuni ratusan ribu orang, kedua tabuik itu diarak keliling Kota Pariaman. Masing-masing tabuik dibawa oleh delapan orang pria. Menjelang senja, kedua tabuik dipertemukan kembali di Pantai Gondoriah. Pertemuan kedua tabuik di Pantai Gondariah ini merupakan acara puncak dari upacara tabuik, karena tidak lama setelah itu keduanya akan diadukan (sebagaimana layaknya perang di Karbala). Menjelang matahari terbenam kedua tabuik dibuang ke laut yaitu Pantai Gondoriah. Prosesi pembuangan tabuik ke laut merupakan suatu bentuk kesepakatan masyarakat untuk membuang segenap sengketa dan perselisihan antar mereka. Selain itu, pembuangan tabuik juga melambangkan terbangnya buraq yang membawa jasad Husein ke Surga. Pantai Gondoriah merupakan tempat yang popular di kota Pariaman dan saat prosesi pembuangan itu dijubeli oleh ribuan manusia.
Akomodasi
Dalam acara pesta adat Tabuik yang lamanya sekitar 10 hari (1-10 Muharam), ada beberapa tahap yang harus dilalui, yaitu berikut ini.
1) pembuatan tabuik;
2) tabuik naik pangkat yaitu menyatukan tiap-tiap bagian tabuik;
3) maambiak tanah yaitu mengambil tanah yang dilakukan pada saat adzan Magrib. Pengambilan tanah tersebut mengandung makna simbolik bahwa manusia berasal dari tanah. Setelah diambil, tanah tadi diarak oleh ratusan orang dan akhirnya disimpan dalam daraga yang berukuran 3x3 meter, kemudian dibalut dengan kain putih, lalu diletakkan dalam peti bernama tabuik;
4) maambiak batang pisang yaitu mengambil batang pisang dan ditanamkan dekat pusara;
5) maarak panja atau jari yaitu mengarak panja yang berisi jari-jari palsu keliling kampung. Maarak panja merupakan pencerminan pemberitahuan kepada pengikut Husein bahwa jari-jari tangan Husein yang mati terbunuh telah ditemukan;
6) maarak sorban yaitu membawa sorban berkeliling dn menandakan bahwa Husein telah dipenggal; serta
7) membuang tabuik yaitu membawa tabuik ke pantai dan dibuang ke laut.
Selama sepuluh hari (1-10 Muharam), digelar pula berbagai penampilan seni budaya anak Nagari Pariaman, yakni Rabab Pariaman, Gandang Tassa, Randai, Lomba Baju Kuruang, Puisi dan Tari Minang. Selain itu digelar bazar dan pameran aneka produk usaha kecil dan menengah serta komoditi ekspor dari Pariaman. Ratusan ribu pengunjung berdatangan selama pesta "Tabuik", baik wisatawan Nusantara maupun mancanegara.
Pembukaan Pesta Tabuik ditandai Pawai Taaruf oleh ribuan pelajar dan masyarakat yang mengintari kota. Setelah Pawai Taaruf, pesta pun dimulai. Selama pesta yang lamanya 10 hari ada pertunjukan-pertunjukan lain, seperti Pawai tasawuf, pengajian yang melibatkan ibu-ibu dan murid-murid Tempat Pengajian Al Quran (TPA) dan madrasah se-Pariaman, grup drum band, tari-tarian, musik gambus, dan bahkan atraksi debus khas Pariaman. Menyertai acara pembukaan pada hari pertama juga digelar Festival Anak Nagari (permainan tradisional Pariaman), festival Tabuik Lenong dan diakhir pawai Muharam mengelilingi Kota Pariaman. Malam harinya digelar hiburan musik gambus di Lapangan Merdeka yang dihadiri ribuan penonton. Hari kedua, pembuatan Tabuik dimulai dengan pembuatan kerangka dasar Tabuik dari bahan kayu, bambu, dan rotan. Malam harinya, digelar kesenian tradisional "Randai". Hari ketiga pengerjaan kerangka dasar Tabuik dilanjutkan, sedangkan di lapangan digelar kesenian organ tunggal menampilkan penyanyi-penyanyi lokal. Tanggal 4 Muharram selain melanjutkan pembuatan kerangka dasar Tabuik juga mulai dipersiapkan pembuatan kerangka Bouraq dan malam harinya warga Pariaman dihibur dengan film layar tancap di lapangan Merdeka.
Tabuik merupakan keranda bertingkat tiga yang terbuat dari kayu, rotan dan bambu dengan tinggi mencapai 15 meter dan berat sekitar 500 kilogram. Bagian bawah dan atas Tabuik nantinya akan disatukan dengan cara bagian atas diusung secara beramai-ramai untuk disatukan dengan bagian bawah. Setelah itu, berturut-turut dipasang sayap, ekor, bunga-bunga salapan dan terakhir kepala. Untuk menambah semangat para pengusung Tabuik akan diiringi dengan musik gendang tasa. Gendang tasa adalah sebutan bagi kelompok pemain gendang yang berjumlah tujuh orang. Mereka bertugas mengiringi acara penyatuan tabuik (tabuik naik pangkat). Gendang ini ada dua jenis. Jenis pertama disebut tasa didiang. Jenis ini dibuat dari tanah liat yang diolah sedemikian rupa, kemudian dikeringkan. Tasa didiang ini harus dipanaskan sebelum dimainkan. Jenis gendang kedua adalah yang terbuat dari plastik atau fiber dan dapat langsung dimainkan. Setelah penyatuan tabuik selesai, kedua tabuik yang merupakan personifikasi dari dua pasukan yang akan berperang dipajang berhadap-hadapan.
Menjelang sore penyatuan tabuik (tabuik naik pangkat), dikerumuni ratusan ribu orang, kedua tabuik itu diarak keliling Kota Pariaman. Masing-masing tabuik dibawa oleh delapan orang pria. Menjelang senja, kedua tabuik dipertemukan kembali di Pantai Gondoriah. Pertemuan kedua tabuik di Pantai Gondariah ini merupakan acara puncak dari upacara tabuik, karena tidak lama setelah itu keduanya akan diadukan (sebagaimana layaknya perang di Karbala). Menjelang matahari terbenam kedua tabuik dibuang ke laut yaitu Pantai Gondoriah. Prosesi pembuangan tabuik ke laut merupakan suatu bentuk kesepakatan masyarakat untuk membuang segenap sengketa dan perselisihan antar mereka. Selain itu, pembuangan tabuik juga melambangkan terbangnya buraq yang membawa jasad Husein ke Surga. Pantai Gondoriah merupakan tempat yang popular di kota Pariaman dan saat prosesi pembuangan itu dijubeli oleh ribuan manusia.
Akomodasi
Beberapa hotel yang dapat Anda jadikan referensi adalah.
Atami
Jl. A. Yani No. 6
0751-92314
Nan Tongga Beach Hotel
Jl. Tugu Perjuangan No. 45 Pariaman
0751-91666
Cindua Mato
Jl. Diponegoro No. 16
0751-91604
Puti Bungsu
Jl. Pahlawan 57
0751-93537
Surya
Jl. Alamsyah
0751-91976
Wisma Esra
Jl. Dr. Jamil No. 14
0751-91908
Kuliner
Atami
Jl. A. Yani No. 6
0751-92314
Nan Tongga Beach Hotel
Jl. Tugu Perjuangan No. 45 Pariaman
0751-91666
Cindua Mato
Jl. Diponegoro No. 16
0751-91604
Puti Bungsu
Jl. Pahlawan 57
0751-93537
Surya
Jl. Alamsyah
0751-91976
Wisma Esra
Jl. Dr. Jamil No. 14
0751-91908
Kuliner
Berkunjung dan berwisata ke Kota
Pariaman, belum lengkap rasanya kalau tak menyempatkan diri menikmati
hidangan khas masakan warung ‘Nasi Sek’. Warung-warung ‘Nasi Sek’ sendiri
sangat mudah sekali ditemui di Kota Pariaman. Lokasinya ada di
sepanjang kawasan pantai Kota Pariaman. Mulai dari Pantai Kata, Pantai
Cermin dan Pantai Gandoriah.
Puluhan warung berjejer rapi di sepanjang kawasan pantai ini. Pantai-pantai ini sendiri menjadi andalan daya tarik wisata Kota Pariaman. Dan ‘Nasi Sek’ kini menjelma menjadi salah satu ikon wisata Kota Pariaman. Nama merek dagang 'Nasi Sek' berawal dari istilah pemberian anak-anak sekolah. Nama ‘Nasi Sek’ dikenal sekitar tahun 80-an. Nama 'Nasi Sek' waktu itu, berarti nasi seratus kenyang. Istilah lain untuk tempat makan dengan harga murah meriah.
Di pantai tiram, tersedia masakan tradisional terutama yang berbahan baku ikan laut seperti gulai kepala ikan, gulai ikan khas tiram, keripik ikan (sala lauak), ikan gorang, sambal lado udang, sambal lado terung dan lain-lain. Juga tersedia sayuran segar sebagai makanan pendamping. Gulai kepala ikan Tiram terkenal karena aromanya yang khas sehingga enak di lidah. Dengan santan kelapa murni dipadu cabe rawit, gulai kepala ikan terasa sedikit pedas tetapi sangat menggugah selera anda. Meski terkenal sedikit pedas, Anda juga punya pilihan untuk gulai ikan yang tidak begitu pedas. Berbagai pilihan ini untuk memenuhi kebutuhan anda akan selera yang berbagai macam jenis. Selain gulai ikan, juga tersedia goreng ikan ala Tiram sebagai pelengkap pilihan Anda. Aromanya juga sangat memukau selera. Jangan memandang warna cabenya yang merah dan terlihat pedas. Tetapi, coba cicipi dulu, anda akan tertarik, lagi dan lagi.
Anda juga dapat membeli oleh-oleh mulai dari souvenir hingga makanan khas seperti sala lauak yaitu kudapan dari goreng tepung yang berbentuk bola-bola, juga ada ikan maco Pariaman yang terkenal gurih.
Transportasi
Puluhan warung berjejer rapi di sepanjang kawasan pantai ini. Pantai-pantai ini sendiri menjadi andalan daya tarik wisata Kota Pariaman. Dan ‘Nasi Sek’ kini menjelma menjadi salah satu ikon wisata Kota Pariaman. Nama merek dagang 'Nasi Sek' berawal dari istilah pemberian anak-anak sekolah. Nama ‘Nasi Sek’ dikenal sekitar tahun 80-an. Nama 'Nasi Sek' waktu itu, berarti nasi seratus kenyang. Istilah lain untuk tempat makan dengan harga murah meriah.
Di pantai tiram, tersedia masakan tradisional terutama yang berbahan baku ikan laut seperti gulai kepala ikan, gulai ikan khas tiram, keripik ikan (sala lauak), ikan gorang, sambal lado udang, sambal lado terung dan lain-lain. Juga tersedia sayuran segar sebagai makanan pendamping. Gulai kepala ikan Tiram terkenal karena aromanya yang khas sehingga enak di lidah. Dengan santan kelapa murni dipadu cabe rawit, gulai kepala ikan terasa sedikit pedas tetapi sangat menggugah selera anda. Meski terkenal sedikit pedas, Anda juga punya pilihan untuk gulai ikan yang tidak begitu pedas. Berbagai pilihan ini untuk memenuhi kebutuhan anda akan selera yang berbagai macam jenis. Selain gulai ikan, juga tersedia goreng ikan ala Tiram sebagai pelengkap pilihan Anda. Aromanya juga sangat memukau selera. Jangan memandang warna cabenya yang merah dan terlihat pedas. Tetapi, coba cicipi dulu, anda akan tertarik, lagi dan lagi.
Anda juga dapat membeli oleh-oleh mulai dari souvenir hingga makanan khas seperti sala lauak yaitu kudapan dari goreng tepung yang berbentuk bola-bola, juga ada ikan maco Pariaman yang terkenal gurih.
Transportasi
Kota Pariaman merupakan salah satu kota
di provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Apabila Anda datang dari luar
Sumatera Barat maka berbagai penerbangan tertuju ke Padang kemudian dari
kota Padang Anda dapat melanjutkan perjalanan dengan bus, kereta, atau
mobil sewaan ke Kota Pariaman.
Kota Pariaman berjarak sekitar 56 km dari kota Padang atau 25 km dari Bandara Internasional Minangkabau. Dari Kota Padang ke Pariaman ada kereta 4 kali sehari yang dapat mengantarkan Anda ke Pariaman.
Lokasi utama Pesta Tabuik biasanya berada di obyek wisata Pantai Gondoriah, sekitar 65 kilometer arah utara Kota Padang.
Kota Pariaman berjarak sekitar 56 km dari kota Padang atau 25 km dari Bandara Internasional Minangkabau. Dari Kota Padang ke Pariaman ada kereta 4 kali sehari yang dapat mengantarkan Anda ke Pariaman.
Lokasi utama Pesta Tabuik biasanya berada di obyek wisata Pantai Gondoriah, sekitar 65 kilometer arah utara Kota Padang.
referensi
http://www.indonesia.travel/id/destination/624/pariaman/article/59/tabuik-di-pariaman
Subscribe to:
Posts
(
Atom
)